TNews, PESISIR SELATAN – Ratusan masyarakat nagari Salido Ketek dan Nagari Koto Rawang Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan menggelar aksi demo meminta pihak perusahaan galian C di Nagari Koto Rawang menghentikan aktivitasnya, Jumat (31/05).
Permintaan penghentian aktivitas galian C ini dilakukan warga dengan berdemo ke lokasi tambang. Warga tersulut amarah, karena sejak pasca banjir pihak perusahaan tetap beroperasi, meski warga masih berduka.
Dari Pantauan totabuan.news di lokasi, aksi ratusan masyarakat berlangsung sejak pukul 09.00 WIB. Mulai dari Long March, warga meminta aktivitas galian dengan berorasi di lokasi tambang galian C dan bubar sekitar pukul 11.30 WIB.
Tokoh masyarakat setempat, Tasril mengungkapkan, demo yang dilakukan warga dari Kampung Salido Ketek dan Nagari Koto Rawang itu adalah bentuk penolakan warga terhadap aktivitas galian di kawasan itu.
Menurutnya, sejak adanya aktivitas galian C hingga kini, masyarakat jadi sulit menanam padi di sawah. Pasalnya, hampir sekitar 50 areal sawah tiga nagari di sekitar area tambang itu menjadi kering.
“Kalau kita sawah terdampak masuk Salido Kecil dan Koto Rawang ada sekitar 50 hektar lebih kurang. Bahkan sudah ada yang ditimbun batu semua akibat banjir kemarin. Sehingga masyarakat tidak bisa mengolah,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, dengan adanya dampak yang terjadi itu. Pihaknya dari perwakilan masyarakat meminta pihak perusahaan untuk tidak melanjutkan aktivitas. Karena menurut, aktivitas sudah merusak lingkungan.
“Jadi dari sini kami minta kerendahan hati perusahaan mendengarkan aspirasi masyarakat. Kami ingin tidak ada lagi aktivitas galian C. Harus dihentikan,” ujarnya.
Sementara itu, Pengelola PT. Tigo Padusi, Abdul Kadir membantah tuduhan masyarakat terhadap aktivitas galian C yang dilakukannya.
Menurut, fasilitas dan areal persawahan yang rusak di nagari itu rusak akibat dampak bencana yang terjadi di nagari itu.
“Itu bohong. Nggak ada. Itu sawah di depan. Saya di sini setiap mengadakan penggalian. Orang tetap ke sawah.
Kalau itu kita sudah tau secara umum. Bukan di sini saja terjadi. Masjid terkena longsor itukan bencana alam. Bukan karena kita,” terangnya.
Meski demikian dengan adanya pertemuan pihak Galian dan warga yang juga dihadiri pejabat Polres dan Polsek, dan Ketua KAN, dengan kesempatan bersama akhirnya aktivitas tambang dihentikan untuk hari ini.
“Setelah itu kami diminta berhenti menjelang hasil mediasi sampai izin betul-betul dicabut. Tapi, kalau izin masih ada tentu kita mempertahankan hak kita juga,” jelasnya.*
Peliput : PBP